Rabu, 04 Januari 2012

Apa Mimpimu?


Apa mimpimu hari ini?

Masihkah kau punya mimpi?

Apa yang terjadi jika mimpimu sudah terpenuhi?

Masihkah kau punya mimpi yang lain?

Pertama kali aku punya mimpi, atau lebih sering disebut cita-cita, aku ingin jadi dokter. Mengapa? Karena jadi dokter itu keren, bisa menolong orang, punya kemampuan untuk mengubah keadaan yang tidak diinginkan. Sampai suatu ketika aku menyadari aku penakut terhadap hal-hal yang dilakukan seorang dokter.

Pernah juga punya cita-cita ingin jadi pilot. Karena pilot bisa jalan-jalan terus keliling dunia. Sampai aku tahu bahwa untuk jadi pilot aku harus menempuh pendidikan militer yang cukup keras.



Aku bermimpi menjadi ilmuwan, saat aku mulai mengenal ilmu-ilmu alam dan kebanyakan nonton film. Hehe... Menurutku sangat keren ketika aku bekerja di lab, ditemani eksperimen-eksperimen, melakukan penelitian, meluluskan rasa penasaran, membuat hipotesis, dan terus belajar.

Aku ingin jadi arkeolog, membayangkan aku pergi ke penjuru dunia, menggali misteri masa lalu, mengungkap makhluk seperti apakah manusia dulu.

Aku ingin bekerja di NASA, bukan sebagai astronot, tapi sebagai ilmuwan yang bekerja dari bumi. Ya, karena aku menyadari bahwa sejak kecil aku menyukai benda-benda bersinar di atas sana.

Aku ingin menulis. Aku suka cerita, karena itu aku juga ingin membuat cerita-cerita yang hebat seperti cerita-cerita yang pernah kubaca. Hingga aku menyadari bahwa tak ada cerita yang lebih hebat kecuali cerita yang ditulis Allah SWT sendiri. Namun aku tetap menyukai seni bercerita.

Aku suka menggambar. Kata orang aku punya bakat menggambar dari kecil. Mulai dari menggambar dengan pensil warna, hingga dengan software. Senang rasanya bisa sedikit menyimpan keindahan milik Allah. Ternyata aku tidak serajin itu untuk berkarya, setelah aku tertarik dunia fotografi dan lucid dream. Akhirnya aku sadar aku bertipe visual dan sangat suka geometri, hingga geometri-geometri itu aku lukis di dalam pikiranku, menjadi dunia kecilnya sendiri.

Teka-teki, logika, daya nalar. Berawal dari hobi menekuni teka-teki, termasuk cerita-cerita detektif yang cukup mempengaruhi pola pikirku, kupikir aku bisa jadi seorang arsitek, programmer, desainer grafis, fisikawan, atau peramal cuaca dan gempa bumi. Aku memimpikan semua itu karena aku menyukainya dan kupikir itu mungkin. Aku ingin terus belajar dan terus berkarya.

Hingga akhirnya aku terlempar ke kampusku yang penuh tragedi itu karena suatu sebab yang tidak akan aku ceritakan di halaman ini. Aku sangat bersyukur bisa kuliah di sini, di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Walaupun tidak persis seperti yang aku impikan, namun ibuku mengajari untuk tidak pernah bersedih akan jalan hidup yang dipilihkan Tuhan, dan bahwa Tuhan telah mengatur semuanya dengan sangat baik.

Di kampus ini pikiranku lebih terbuka, wawasanku lebih luas. Ditambah dengan berkenalannya aku dengan dunia internet, fokusku mulai bergeser, meluas, dan pecah kecil-kecil. Aku punya kegemaran baru. Aku punya mimpi-mimpi baru.

Aku ingin belajar ilmu-ilmu psikologi agar aku bisa mengamati dan menebak manusia, makhluk paling sempurna ciptaanNya. Aku suka memasak, memasak adalah seni dan bahagia ketika orang-orang menyukai masakanmu. Aku masih suka membaca cerita dan masih ingin menulis. Masih suka menggambar dan bermimpi bisa membuat handicraft yang cantik-cantik, bermimpi mendesain ruah sendiri. Aku jadi gemar menonton film sebagaimana aku membaca cerita. Namun tak hanya ceritanya saja, aku mulai memperhatikan seni sinematografi.

Suatu hari aku mengamati kedua orang tuaku, orang-orang yang memberikanku cinta dan kehidupannya untukku, orang-orang yang akan bahagia atas bahagiaku. Aku tak bisa hidup tanpa mereka. Lalu aku bertanya, bisakah bahagia mereka adalah bahagiaku? Aku ingin membahagiakan mereka dan membuat mereka bangga serta dapat setidaknya sedikit aku memberikan manfaat bagi mereka.

Suatu hari yang lain aku tersadar bahwa aku seorang wanita. Jika kelak aku telah mendapatkan mimpi-mimpi pekerjaanku, lalu apa? Aku memimpikan seorang lelaki mulia menjadi pendampingku, memimpikan aku bisa menjadi seorang pendamping yang baik baginya pula, dengan rumah yang nyaman, dengan anak-anak yang membanggakan. Dengan apa aku bisa mendapatkannya? Dengan mempermak diriku sendiri lebih dahulu, dengan belajar dan terus belajar segala hal yang membuatku bisa menjadi pendamping yang baik.

Jika hidupku nyaman, jika mimpiku kugapai lagi, lalu apa? Kenapa aku tidak berusaha untuk sesekali berkunjung ke "rumahNya", untuk mengukuhkan keislaman diriku.

Sekali lagi aku bertanya, jika semuanya telah aku raih, lalu apa? Lalu hidup untuk apa lagi?

Mimpi-mimpi untuk membahagiakan kedua orang tua, keluarga, dan keluarga baruku nanti, hanyalah mimpi-mimpi untuk manusia. Manusia. Mereka semua adalah sama-sama makhluk Indahnya bahagia atas bahagianya makhluk, tentu masih kalah indah dengan indahnya ridho dari Sang Pencipta.

Dan kusadari semua itu fana, semua itu hanya mimpi-mimpi duniawi. Hanya mimpi-mimpi akhiratlah yang tak akan pernah habis untuk kau raih selama Allah belum memutuskan napasmu di dunia ini.

*Aku tak berharap ada orang yang bersabar membaca sampai akhir tulisan. Dengan tulisan ini setidaknya aku meyakinkan diriku sendiri bahwa aku bukanlah orang-orang yang kehabisan mimpi dan hidup dalam kehampaan.*

2 komentar:

  1. Kunci keberhasilan adalah menanamkan kebiasaan sepanjang hidup Anda untuk melakukan hal - hal yang Anda takuti.
    tetap semangat tinggi untuk jalani hari ini ya gan ! ditunggu kunjungannya :D

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...