Minggu, 04 Juli 2010

The Mist at My Campus

Saat itu aku sedang berdiri di depan rak sepatu ruang laboratorium komputer. Aku mencoba sebuah cara yang lebih efisien untuk mengambil sepatuku, yaitu dengan kaki. Ya, efisien, tapi kurang efektif.

Beberapa saat berkutat dengan sepatuku, aku tidak menyadari ada sedikit keributan di koridor lantai dua ini. Semakin banyak orang yang lalu lalang. Sepertinya sedang membicakan sesuatu yang seru. Semakin lama semakin gaduh hingga aku dan temanku bertanya-tanya. What's going on???
"Ada apa? Duit ID mau cair ya?"
"Siapa bilang?!" jawab mereka. "Kami juga ga tau ada apa."
Aku jadi penasaran.

Sesaat aku melupakan interupsi tadi. Aku mulai menyusun rencana apa yang akan aku perbuat seusai kuliah ini. Mau ke kantin, malas turun. Aku menimbang-nimbang untuk langsung naik ke lantai empat saja, ruang kuliah selanjutnya.

Entah hanya perasaanku saja atau benar-benar kenyataan, aku merasakan pandanganku kabur. Aku juga mencium samar-samar bau yang sepertinya familiar tapi aku lupa. Ah, aku berhalusinasi!

Baru saja aku melangkahkan kaki ke anak tangga pertama menuju lantai tiga, tiba-tiba banyak orang tergesa-gesa berjalan berlawanan arah denganku. Kemudian mereka cepat turun ke lantai satu. Aku tak sempat bertanya. Sesaat kemudian kulihat kabut putih mengalir di sela-sela kaki mereka dan udara pun jadi semakin kabur. Bau tak enak ini juga semakin santer. Aku meragukan niatku.

Astaga! Ini asap.


Aku panik. Segera aku berbalik arah, bergabung dengan teman-teman sekelasku yang sudah lebih dulu menyatu dengan rombongan itu. Namun tak semudah yang kubayangkan. Lalu lintas di sini sudah terlalu padat dan macet. Aku terjebak! Tiba-tiba seseorang berseru memecah kekisruhan.
"Cepat keluar! Jangan ada yang masih di sini!"

Semakin lama kabut putih pekat kekuningan semakin pekat. Aku terjepit. I'm stuck! Aku hanya berdiri terpaku memandangi tangga ke lantai tiga. Tempat di mana kusaksikan kabut super pekat menyerbu bergulung-gulung laksana ombak pantai. Disusul bau yang mengerikan. Kami berusaha menutup hidung dan menghirup udara sesedikit mungkin. Tapi tak terlalu membuahkan hasil. Ya Tuhan, aku tak mau pingsan di sini.

Kemacetan di tangga berubah menjadi agak anarkis karena kepanikan. Sempat kusaksikan sesuatu berwarna hitam, sepertinya panjang, menyeruak dari balik kabut. Darahku serasa berhenti mengalir. Sesuatu itu bergerak mengarah ke sini. Semua orang yang terjebak kemacetan dan agak terpana oleh pemandangan itu tersadar lalu berteriak-teriak.
"Cepat!"
"Cepat turun!"
"Bahaya!"
Namun dari arah bawah tangga terdengar teriakan balik.
"Ga bisa!"
"Di lantai satu juga padat."

Akhirnya kemacetan jadi agak lega. Aku bisa berpindah tempat. Sempat kulihat sekilas, ternyata benda yang muncul tadi itu adalah penyebab kabut pekat ini.

Sekarang aku sudah berada di koridor lantai satu. Ya, benar, di sini pun suasana tak kalah rancunya. Asap terus mengejar kami dari arah tangga. Lalu segera terdengar instruksi untuk keluar dari gedung kuliah ini. Tapi dengan pintu samping sesempit ini, prosesnya tak akan berjalan cepat, ditambah lagi pintu samping yang satunya dan pintu depan praktis tidak bisa digunakan.

Dengan penuh perjuangan dan tekad yang bulat, kami berhasil mencapai kantin. Para mahasiswa yang sedang asyik-asyiknya makan terperanjat dan bertanya-tanya. Beberapa menit kemudian kantin menjadi seperti tempat pengungsian. Di tengah keadaan terjepit ini aku menyaksikan para penjual makanan di sini bergegas membereskan barang jualannya.

Dalam keadaan diam seperti ini aku baru merasakan, suhu udara semakin naik. Keringat mengalir di wajahku, juga wajah teman-temanku. Aku melirik jam di handphoneku. Huh, kuliah sesi kedua seharusnya sudah dimulai. Tapi aku yakin dosenku tak akan mau mengajar dengan kondisi seperti ini.

Seorang teman memanggilku. Dia menunjuk ke arah jendela gedung kuliah lantai satu. Aku melihat kabut pekat dan berat itu mengalir turun dari sela-sela jendela ruang kuliah lantai satu, perlahan tapi pasti, mengisi ruang di kantin.

Aku merasa kakiku mulai tak bekerja sama denganku. Pandanganku buyar. Aku harus mencari udara segar! Dengan sisa-sisa kekuatan yang ada, aku menerobos kerumunan, memberanikan diri melewati teras dekat pintu tempat kami keluar tadi, menyerobot barisan, hingga ke samping tempat parkir. Dari tempat itu aku melihat beberapa dosen di dekat gerbang kampus sedang berbincang-bincang dengan muka masam. Aku tak bisa mendengarkan mereka tetapi aku bisa mendengarkan percakapan beberapa mahasiswa di sekelilingku.
"Ada apa sih? Kok ga masuk? Emangnya ga pada kuliah?" tanya seorang mahasiswa yang baru datang dari luar.
"Ada fogging." jawab seorang mahasiswa lain yang berdiri di dekatku.
"Fogging? Kenapa ga ada pemberitahuan?"
"Iya nih. Kenapa mesti sekarang?"
"La mana gua tau. Dosen aja pada ga tau. Mereka juga pada bete tuh."

Setelah kurasa kabut sudah menipis. Aku kembali ke kantin menemui teman-temanku. Mereka menyambutku dengan teriakan.
"Kata Pak Firdaus, kita ga ada kuliah strukdat sesi dua…!
Kecewa.

Diposkan pertama kali di Facebook 13 Juni 2009 oleh Lina 'Lila' Yuliana
dengan judul The Mist

3 komentar:

  1. astgfirullah............subhanallah......^^
    ceritanya luar biasa sekali, aku pikir ini kejadian spektakuler yang pernah ada di kampus tapi aku merasa, "emang pernah ada seperti ini?" ternyata cuma fogging...^^
    tapi kalau dilihat dari alur ceritanya, ceritanya sangat bagus, rendah trus meninggi sampai klimaks lalu turun lagi dan pada kesimpulan atau solusi dari permasalah.. luar biasa nih lina..
    terus berkarya yaa...

    BalasHapus
  2. Kamu korban yang kesekian, Pin, hehe.
    Awalnya terinspirasi dari film The Mist.
    Kalo di The Mist dari balik kabut yang keluar alien, tapi kalo The Mist yang ini yang keluar dari balik kabut malah tukang fogging.
    :ngakak....

    Ada satu lagi cerita lebay akut (terlalu mendramatisir suasana) yang judulnya Tragedi Pulau Kelor, ceritanya kayak lagi dikejar-kejar mafia trus mau dibunuh gitu, padahal....

    BalasHapus
  3. dasaaaaaaaaaaaaaarrrr ! ! !

    iyaaaa ku inget ini jaman tingkat duaaaa, pas aku mau kuliah pak munawaaar .
    hehehhe
    :):)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...